My Strange Entrepreneurial Journey Explained

Entrepreneurship can be a rollercoaster ride of highs and lows. It requires a great deal of determination, resilience, and a strong mindset. As an entrepreneur, I have experienced many challenges…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




di bawah guyuran hujan

Ricky mengecek ponselnya berkali-kali. Si kakak manis kesayangannya itu tak kunjung membalas rentetan pesan darinya.

Di luar hujan, cukup deras. Para trainee yang gagal mencapai mimpinya satu-persatu telah pulang.

Dan tepat pukul delapan malam lewat lima, Ricky mencoba mencari pujaan hatinya itu.

Namun nihil.

Ia tak dapat menemukan Jeonghyeon

dimanapun.

"Jeonghyeon tadi udah berangkat pake taxi, belum lama sih." ucap Gyuvin saat Ricky tanyakan perihal keberadaan Jeonghyeon.

Panik.

Ricky panik.

Sangat amat panik.

Tanpa berpikir panjang, ia berlari menerobos hujan. Tak peduli akan teguran para bodyguard yang meneriakinya.

Yang Ricky pikirkan saat ini hanya kakak manisnya. Lee Jeonghyeon.

Dan singkat cerita, di sinilah Ricky sekarang. Di stasiun terdekat.

Dengan seluruh tubuhnya yang basah kuyup karena hujan yang kian deras, Ricky berhasil menemukan Jeonghyeon-nya.

"Kak! Kak Jeong!"

Jeonghyeon sadar Ricky memanggilnya berkali-kali. Ia menoleh namun tak lama kembali mengalihkan pandangannya demi menyembunyikan air mata. Terlalu memalukan jika ia menangis di sini.

"Kak Jeong!"

"Kak!"

Entah panggilan yang keberapa, tetapi akhirnya Jeonghyeon menoleh dan memfokuskan perhatiannya pada Ricky yang berdiri cukup jauh dari tempatnya, dengan hujan yang masih setia mengguyur tubuh lelaki bersurai pirang tersebut.

Ricky tersenyum. Ia tampak sangat senang Jeonghyeon melihatnya. "Kak!" panggil Ricky sekali lagi sembari merentangkan kedua tangannya dan berlari kecil mendekat ke arah Jeonghyeon.

Tetapi gelengan dari Jeonghyeon cukup membuat Ricky berhenti mendekat.

“Jangan, Ricky.” kata Jeonghyeon dengan nada yang terdengar lirih.

Tatapan tajam dari si yang lebih tua membuat Ricky tertawa pahit sambil mencoba menghalau air matanya.

Kayaknya … emang gak memungkinkan banget ya?

"Hati-hati, Kak! Jangan lupain Ricky, ya!"

Ricky berbalik, berniat meninggalkan sang pujaan hati.

Jeonghyeon menghela nafasnya panjang untuk yang kesekian kalinya.

Tuhan, izinkan Jeonghyeon untuk mempertahankan cintanya, ya?

Sebentar saja.

Sepersekian detik kemudian, Jeonghyeon berlari. Turut menerobos derasnya hujan malam ini, lalu membawa Ricky pada dekapannya.

Ricky terkejut bukan main. Pertahanannya hancur. Kak Jeonghyeon-nya baru saja memeluk Ricky dari arah belakang.

"Kak?"

Hening.

"Kak Jeong?"

Masih hening. Ricky hanya bisa mendengar isakan kecil Jeonghyeon yang berpadu bersama suara hujan.

Ricky berbalik, menangkup wajah Jeonghyeon dan berucap lembut. Sangat Lembut. "Kak? Neduh dulu, ya? Hujannya makin deras…"

Jeonghyeon masih menangis dan enggan menanggapi.

"Kak… Jangan gini, aku berat lepasinnya."

"Ya jangan dilepas akunya!"

Loh, masih bisa ngambek ternyata.

Ricky terkekeh gemas. "Yaudah, kakak maunya apa?"

"Kamu jangan lembut-lembut gitu ngomongnya! Aku makin ngerasa bersalah tau gak?"

Astaga, salah lagi…

Sekitar satu menit berlalu, masih belum ada yang memulai percakapan.

Jeonghyeon masih menenggelamkan wajahnya dalam dekapan Ricky. Namun satu ide gila kini memenuhi benaknya.

Di bawah guyuran hujan malam itu, Jeonghyeon mencuri sebuah kecupan singkat di bibir Ricky.

Yang tentu membuat Ricky terkejut bukan main.

Namun kesempatan itu tak membuat Ricky hanya diam mematung. Sesaat sebelum Jeonghyeon menjauhkan wajahnya dari wajah Ricky, si yang lebih muda terlebih dahulu menarik tengkuk Jeonghyeon lalu menciumnya lebih lama.

Sebuah ciuman lembut di bawah hujan tepat di parkiran stasiun pukul sembilan malam.

Mereka berdua seakan menyalurkan semua perasaan yang tak pernah tersampaikan. Karena sebentar lagi, perasaan itu akan berubah menjadi rindu.

Jeonghyeon menyudahi ciuman itu secara paksa, mendorong Ricky pelan, lalu kembali menyembunyikan wajahnya dalam peluk yang selalu siap Ricky berikan untuk kesayangannya.

"Jangan lupain aku, ya?"

"Jangan lupa kalau kita pernah punya cerita."

Malam itu, semesta memilih jalan yang berbeda untuk mereka.

Namun keduanya berjanji untuk terus mengingat semua lembar senyum dan tawa yang mereka ciptakan bersama.

Biar semesta memisahkan mereka sekarang, dan biar takdir yang menjawab semuanya di lain waktu.

Add a comment

Related posts:

Natural Treatment For HPV And Cervical Dysplasia

The most comprehensive and authoritative book about HPV and Pap smears is recently available for purchase on Amazon released in 2022. HPV, Pap smears, Cervical Dysplasia and Warts by C.W. Willington…

Red Hot Life

Agnes Laurens is a writer. She wrote for the local newspaper. Agnes lives in The Netherlands, with her husband and three daughters. Writing is — aside from playing the violin — one of her passions…